SEKOLAH LITERASI INDONESIA

Tumbuhnya Literasi Multi-Dimensi

Sekolah Literasi Indonesia (SLI) adalah program yang bertujuan meningkatkan budaya literasi di seluruh ekosistem pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal. Melalui pelatihan dan pendampingan kepala sekolah serta optimalisasi perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, SLI berupaya membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Program ini diadakan secara terstruktur, berkala, dan berkelanjutan, serta mendorong pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) untuk memenuhi kebutuhan literasi masyarakat di wilayah program.

Dalam mewujudkan peningkatan kemampuan literasi generasi penerus untuk kemajuan bangsa, SLI melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam implementasi programnya. Dengan adanya Taman Baca Masyarakat (TBM), Gerakan Literasi Nasional (GLN), dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), literasi di Indonesia telah berkembang, walaupun selalu terdapat tantangan dalam implementasinya. Inisiatif ini membuka peluang pengembangan literasi lebih lanjut melalui multiliterasi yang mengaitkan kebiasaan membaca dan menulis multi disiplin ilmu. SLI mengadaptasi model multiliterasi Prof. Fuad Hasan yang berfokus pada pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan.

Program Literasi Terpadu (PLT) SLI mendorong kolaborasi tiga ekosistem pendidikan dalam mengembangkan budaya literasi secara masif dan konsisten. Integrasi ekosistem pendidikan ini menjadi kekhasan SLI dalam menciptakan pribadi berakhlak mulia, berintegritas dan berkualitas. Lebih spesifik, SLI membawa misi peningkatan minat baca, kompetensi literasi, dan karakter positif, serta membangun komunitas literasi di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pendekatan inovatif, keterlibatan pemangku kepentingan yang kompeten, dan kolaborasi yang kuat menjadi kunci sukses program ini.

Menghadirkan dan memberdayakan penggiat literasi yang berperan mengawal proses tumbuhnya kemampuan literasi bagi lingkungan masyarakat. Para penggiat literasi di lingkungan masyarakat menjadi fasilitator implementasi
proses program, dimana mereka dibekali dengan pembinaan secara intensif dan terstruktur pada pengembangan karakter, pengetahuan dan keterampilan. Aspek keberlanjutan menjadi perhatian penting bagi SLI, di mana diperlukan ruang interaksi bagi penggiat literasi dalam menjaga pembiasaan budaya literasi di lingkungan sosial.

Bu Ririn Pejuang Literasi dari Medan

Bu Ririn, seorang pegawai P3K di SMPN 29 Medan, telah berkiprah di dunia seni sejak usia 10 tahun dan mendirikan Yayasan Kesenian Deli Nusantara Jaya bersama sahabatnya. Kota Medan, sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam
meningkatkan minat literasi, dengan anak-anak lebih sering menggunakan gawai untuk bermain game daripada membaca. Tantangan lain termasuk rendahnya minat masyarakat terhadap perpustakaan dan gaya hidup konsumtif anak-anak. Pada 2023, Bu Ririn mengikuti seleksi penggiat literasi untuk meningkatkan kemampuannya dan tanpa disadari, ia telah menyentuh tiga ranah literasi—keluarga, sekolah, dan lingkungan—melalui pelatihan teater dan kemampuan public speaking.

Setelah bergabung dengan program PELITA, banyak hal baru yang ia pelajari. Bersama lima anggota PELITA lainnya—Nurhartaty, Asmaul Jannah, Nurul Aulia, Annisa Ridha, dan Mahniar Sinaga—Bu Ririn mendirikan komunitas Seruling (Serumpun Literasi Keliling). Komunitas ini bertujuan meningkatkan literasi masyarakat melalui perpustakaan keliling yang diadakan dua minggu sekali di taman-taman Kota Medan. Kegiatan ini disambut hangat oleh masyarakat karena memberikan manfaat yang menyenangkan.

Lewat Komunitas Seruling, keenam wanita hebat ini juga bekerja sama mengembangkan empat Taman Baca Masyarakat (TBM): TBM Mabar di daerah Patumbak, Teras Baca Agmarani di Amplas, Rumah Kisah, dan Cerita Baik. Program PELITA telah memberikan keberanian dan cahaya bagi Bu Ririn untuk menghasilkan banyak karya di bidang literasi.

Tak berhenti sampai di situ, bersama anak-anak asuhnya, Bu Ririn berhasil menampilkan pementasan teater berjudul Ulang Durhaka. Pementasan ini dimainkan oleh 62 pelajar SD hingga SMA dan menjadi sorotan karena ditonton langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan.

Bergabung dengan PELITA Angkatan 4 membawa banyak keajaiban bagi Bu Ririn. Kini, ia tidak hanya dikenal sebagai seorang seniman, tetapi juga sebagai penggiat literasi Kota Medan dengan tim yang terdiri dari enam wanita kuat yang memperjuangkan literasi di berbagai kalangan.

Seperti namanya, “PELITA” benar-benar menjadi cahaya bagi Bu Ririn untuk mengembangkan potensinya. Ia percaya bahwa perempuan berpendidikan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mendidik generasi Indonesia agar menjadi generasi emas di masa depan. Saat ini, perjuangannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk menciptakan generasi
Indonesia yang memiliki daya juang tinggi, inovatif, produktif, dan inspiratif bagi orang-orang di sekitarnya.

Tidak ada hal yang mustahil jika kita mau berusaha dan berproses. Tidak ada proses yang mengkhianati hasil. Tetaplah belajar dan menjadi insan yang bermanfaat. Kini, bukan hanya Bu Ririn yang bersinar, tetapi juga sahabat, keluarga, dan anak didiknya yang menjadi cahaya bagi orang banyak.

KOMED : Kreativitas di Tengah Keterbatasan

KOMED alias Komunitas Media Pembelajaran merupakan program semiformal sebagai wadah bagi guru berinovasi dan berkarya dalam membuat ragam media pembelajaran. Dengan demikian, mereka dapat mendukung program literasi sekolah. Selain menjadi wadah tukar pikiran dan berbagi inspirasi bagi para guru anggotanya, KOMED juga menjadi wadah penguatan kapasitas. Para anggota KOMED dapat mengikuti workshop juga forum berbagi pengetahuan secara daring maupun luring.

Beragam materi workshop telah disediakan bagi para pengurus KOMED. Mulai dari kompetensi keguruan hingga keterampilan cipta media pembelajaran secara khusus, semuanya disajikan dalam aneka workshop. KOMED juga menyediakan materi pengem bangan diri dan materi khusus sesuai isu-isu terkini.

Para pengurus KOMED juga mendapatkan pelatihan bagaimana menjadi trainer, kemudian mereka diberdayakan untuk mengisi pelatihan tentang kreativitas media pembelajaran dan mengelola komunitas untuk menjaring keanggotaan KOMED. Mereka kemudian diberdayakan untuk mengisi pelatihan tentang kreativitas media pembelajaran dan mengelola komunitas untuk menjaring keanggotaan KOMED.

Prestasi PM 

  1. Mat Asan – Pemuda Inspiratif Sumatra Selatan 2024
  2. Febri Reviani – Juara 1 Guru Dedikatif Jambore GTK Hebat – NTB 2024
  3. Mahniar Sinaga – Juara 2 Guru Inovatif Jambore GTK Hebat – Provinsi Sumatra Utara 2024.
  4. Salwa Amalia Kaysan – Juara 1 Lomba mendongeng Anti Korupsi Kecamatan Kramat Jati (Hari Anti Korupsi) 2024
  5. Purwanto – Beasiswa Monash University Australia Kemendikbudristek Pengelolaan Kelas Inklusif PAUD
  6. Purwanti Setyawati – Juara 1 Kepala Sekolah SD Berprestasi & Inovatif Tingkat Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta
  7. Purwanti Setyawati – Juara 3 Cerpen Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Penerbit tDP (the Dream Publisher) thn 2024
  8. Ali Maksum, Sahabat Teknologi 2024, program Pembatik 2024 Kemdikbudristek
Wilayah Program
0
Sekolah
0
Guru
0
Siswa
0
Taman Baca Masyarakat
0
Komunitas
0
Masyarakat
0

Rekam Jejak Manifestasi Tempaan Kepemimpinan

Pada 2023, sebanyak 32.545 orang menjadi penerima manfaaat Leadership Project BAKTI NUSA angkatan 12. Total penerima manfaat leadership project berbasis daring sebanyak 47.151 dengan total konten media sosial sebanyak 2.723.

Guna memasifkan pesan dan dampak leadership project bagi masyarakat luas, para penerima manfaat BAKTI NUSA 12  berkolaborasi dengan 263 mitra strategis di seluruh wilayah program.

orang
0

Mitra Kerjasama

BAKTI NUSA

Dana Tersalurkan

Rp. 342.495.000

Mitra Kampus

BAKTI NUSA

Galeri

Sekolah Litarasi Indonesia